“Penyesalan akan selalu datang belakangan.”
Yap, pepatah diatas itu benar adanya. Terkadang, aku merasa teramat-sangat-menyesal ketika aku menyadari bahwa sepanjang hidupku sampai saat ini aku belum menghasilkan sesuatu yang bisa dibanggakan.
Lalu kenapa aku ingin kembali ke masa disaat aku baru-akan-memulai-belajar-menulis?? Karena belajar menulis adalah waktu dimana aku baru mulai “belajar yang sesungguhnya”, bisa dikatakan pada waktu aku memasuki masa sekolah. Andai dulu dalam fikiranku terbenak “I want to study hard and get the best score”, mungkin keadaanku tidak akan seburuk ini adanya. Andai sewaktu kecil dulu fikiranku tidak hanya untuk bermain, namun yang kufikirkan adalah masa depanku, mungkin aku tidak akan sebodoh sekarang.
Seburuk itukah diriku?? Jawabannya adalah YA. Buruk, bahkan sangat buruk. Tidak ada yang bisa dibanggakan dariku.
Have a good score? – No.
Have a special talent? – of course NO.
Smart and diligent? – No.
Have made an achievement? – No.
Okay, poor me..
Aku memulai masa sekolahku di Taman Kanak-kanak Katholik Bunda Hati Kudus. Dengan fasilitas sekolah yang super lengkap, aku memulai belajar tentang hal hal kecil disini. Mulai belajar menulis huruf, menggambar buah-buahan, bernyanyi, dan banyak kegiatan anak-anak lainnya. Tapi, seperti yang aku bilang dari awal, tidak ada yang bisa dibanggakan semasa TK-ku. Membuat masalah iya. TK A dan TK B orang tua pernah dipanggil-,-
Lanjut, Sekolah Dasar..
Masa SD-ku masih berada di sekolah yang sama. Fasilitas sekolah yang lengkap dan daya saing siswa/i-nya yang super tinggi. Bagaimana tidak? Most of the student adalah orang cina, yang ‘menurutku’ memang mereka cerdas-cerdas dan memiliki daya saing yang tinggi. Entah kenapa, dulu sepertinya tidak ada difikiranku sama sekali untuk belajar. Selalu menyontek di kelas, mengobrol, and then got a very bad score. Aku tidak pernah mendapat peringkat yang bagus. Di sekolah pun cuma bisa membuat masalah. Hampir setiap tahun ajaran, orang tua selalu dipanggil hohoho.
Oh ya, sewaktu aku menginjak kelas 2 SD, aku mulai dikursuskan oleh Papaku bahasa Inggris. Kelas 3 SD aku sudah mulai mengerti dan hafal banyak tentang regular verb dan irregular verb. Tapi, ya seperti itu, aku kursus pun bermalas-malasan..
Tidak ada yang bisa dibanggakan, bukan?
Lalu, Sekolah Menengah Pertama..
Ini nyaris saja aku melanjutkan di tempat yang sama yaitu di BHK, tapi tidak jadi karna ada suatu hal sepele yang kalau diceritakan akan lumayan panjang, hmn. Semasa SMP, aku mulai melakukan perbaikan, nilai ku pun meningkat. Yang tadinya di ijazah SD-ku matematika mendapat nilai 5.5 (menyedihkan kan?), di SMP aku menjadi jago matematika. Nilai matematika di rapot nyaris 9.5, bahkan pernah 2 kali mewakili sekolah mengikuti olimpiade matematika, ya walau hanya sampai tingkat regional Jakarta Barat :p Di SMP aku juga mulai menemukan passion ku dalam bidang fisika, I always get a good score for this subject. Sewaktu SMP aku juga ikut bimbel, walau hasilnya tak memuaskan. Tidak membawa dampak banyak untuk akademik di sekolah. Bukan karna tempat bimbelnya yang kurang bagus atau tentornya yang tidak bisa mengajar, tetapi karna aku yang memang tidak serius selama bimbel.
Btw, aku berhenti kursus bahasa Inggris saat aku lulus SMP. Alasannya karna SMA pasti akan jauh lebih sibuk dari SMP (dan ternyata benar). At last, I got nothing from that course. Sekali lagi bukan karna tempat lesnya yang tidak bisa mengajar, tapi karna memang selama 7 tahun aku kursus, aku tidak serius menjalaninya, hanya bermalas-malasan, hanya bermain.
Lanjut, Sekolah Menengah Akhir..
Selama SMA tidak begitu banyak kendala yang berarti. Walau memang, aku teramat sangat kurang maksimal dalam belajar. Tapi selama SMA, aku terus memperbaiki diri. Berusaha memperbaiki akademik walau memang belum memuaskan. Nilaiku tidak buruk memang, tetapi tidak juga bisa dibilang bagus, hanya standar SKBM. Aku masuk kelas IPA di SMA, dan semakin menemukan passionku di bidang fisika. Saat memasuki kelas 3 SMA, aku mulai sangat kerja keras dalam belajar. Mungkin memang karna aku harus mengejar UN dan seleksi masuk kuliah. Tugas mulai sangat banyak disini. Dan mulai ada rasa penyesalan.
Loh, penyesalan apa Chen??
Penyesalan mengapa aku tidak serius belajar dari kelas 1 SMA. Ternyata banyak mata pelajaran yang ‘harusnya’ sudah aku mengerti dari awal. Jadi disaat akhir-akhir SMA seperti ini, aku keteteran. Banyak pelajaran-pelajaran yang belum aku betul-betul mengerti. Harus kejar setoran untuk mengerti. Dan akhirnya selalu menerapkan sistem SKS (alias Sistem Kebut Semalam). Yayaya, seperti itu terus hingga pada akhirnya aku lulus SMA, walau tidak dengan nilai yang juga memuaskan, terutama untuk kedua orang tuaku.
Finally, aku telah menyelesaikan masa-masaku sebagai seorang ‘siswi’. Walau terkadang aku berfikir, selama itu tidak ada sesuatu yang dibanggakan. Tidak ada yang bisa membuat orangtuaku merasa bangga. Tindak ada prestasi.
Tapi, aku akan tetap mensyukuri itu semua. Puji Tuhan aku mempunyai orangtua yang sangat berusaha keras membiayaiku sehingga aku bisa mempunyai pendidikan yang angat layak. Masih banyak diluar sana orang yang tidak bisa merasakan pendidikan yang layak. Memang dasar akunya saja yang tidak bersungguh-sungguh menjalani ini semua. Seharusnya jika aku benar-benar merasa bersyukur untuk kesempatan pendidikan yang aku dapat, aku harus belajar yang giat. Tapi, nyatanya tidak. Menyesal memang, mungkin itulah hukuman yang memang harus aku rasakan. Penyesalan.
Sekarang, puji Tuhan aku sudah berada di bangku perkuliahan. Sudah menjadi ‘mahasiswi’. Aku merantau sekarang, jauh dari rumah, jauh dari keluarga. Ini waktunya aku untuk mengembangkan diri sebaik mungkin. Berusaha untuk bisa berprestasi, walau itu pasti tidak mudah. Setidaknya, ketika aku pulang kerumah nanti, aku bisa membawa ‘sesuatu’, bukan pulang dengan tangan kosong. Istilahnya, harus bisa jadi ‘orang’. Karna untuk merasakan inipun, tidak lepas dari kerja keras, pengorbanan, tenaga, dan keringat dari orangtuaku. Aku bisa sampai ke tempat dimana aku kuliah ini, bukan diantar oleh orangtuaku dengan tangan kosong. Sudah jauh-jauh hari pasti mereka telah mempersiapkan ini.
Banyak memang penyesalan kenapa tidak daridulu aku berusaha untuk sungguh-sungguh belajar ditengah semua fasilitas-fasilitas yang menurutku jauh dari cukup untuk aku bisa berprestasi dan menjadi apa yang orangtuaku harapkan.
Tapi, ya itu sudah terlanjur terjadi. Belum terlambat untuk memperbaiki dan terus berusaha menjadi lebih baik. Masih jauh jalan ke depan untuk bisa aku jalani.
Andai saja aku bisa kembali ke masa disaat aku baru-akan-memulai-belajar-menulis, dan aku tau akan apa yang aku dapatkan ke depannya, akan kuperbaiki itu semua..
Tapi ya, andaikan saja bisa :)
Oya.